Selasa, 26 Februari 2013

Penyebab dan Dampak Kerusakan Lingkungan



Penyebab dan Dampak Kerusakan Lingkungan


Penyebab dan Dampak Kerusakan Lingkungan

Indonesia memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12 persen dari jumlah spesies binatang menyusui/ mamalia, pemilik 16 persen spesies binatang reptil dan ampibi. 1.519 spesies burung dan 25 persen dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik (hanya dapat ditemui di daerah tersebut).

Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85 persen dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].

Bagaimana dengan Riau ? Sepanjang tahun 2004, seluas tidak kurang 1.008 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kebakaran yang terjadi itu telah menimbulkan kabut asap beberapa waktu lalu di kawasan Riau dan sekitarnya. Lahan yang terbakar tersebut seluas 1.008,51 hektar yang tersebar di enam daerah kabupaten dan kota, seperti Siak seluas 727,5 hektar, Bengkalis (152 ha), Rokan Hilir (80,75 ha), Indragiri Hilir (40,26 ha), Kota Pekanbaru (24 ha) dan Kota Dumai seluas 4 hektar. Peristiwa kebakaran hutan itu kembali terjadi pada awal tahun 2005 dengan kerugian yang tidak sedikit. (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Provinsi Riau).

Dengan kerusakan hutan Indonesia, kita akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.

Pada tahun 1998, CIFOR, the International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan the United States Forest Service, dengan tambahan dana dari Uni Eropa, memulai studi multi disiplin yang difokuskan pada delapan lokasi rentan kebakaran di Sumatra dan Kalimantan. Untuk menentukan mengapa kebakaran bisa terjadi, siapa yang bertanggung jawab, bagaimana cara api menyebar dan jenis habitat mana yang paling berisiko.

Sebagian besar data ?hot-spot? kebakaran dan gambar satelit menunjukkan lautan api dimulai di daerah perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pulp, yang biasa menggunakan api untuk membersihkan lahan. Namun demikian, tampak jelas bahwa asal mula kebakaran juga dipicu oleh berbagai alasan. Konsesi-konsesi kayu, transmigrasi dan pembangunan perkebunan-perkebunan agro-industri membuka jalan masuk ke wilayah-wilayah yang sebelumnya terpencil. Ini mendorong peningkatan skala dan jumlah kebakaran.

Kekurangan peraturan formal yang mengatur hak-hak pemilikan umum dan swasta menyebabkan penggunaan api sebagai senjata dalam konflik-konflik kepemilikan lahan. Api juga digunakan oleh para pemilik lahan kecil untuk membersihkan lahan untuk menanam tanaman pangan dan industri, oleh para transmigran, oleh para peladang berpindah dan oleh para pemburu dan nelayan. Deforestasi dan degradasi hutan alam menyediakan sisa-sisa kayu yang mudah terbakar dan menciptakan bentang-darat yang lebih rentan api.

Ironisnya, realita ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan individu. Sumber daya alam dijadikan asset ekonomi untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Hal ini terlihat ketika dengan leluasanya Pemprov Riau menjual Pasir laut ke Singapura pada kurun waktu 1978 ? 2002 dengan menyisakan kerugian besar. Ribuan hektar ?tanah air? kita berpindah tempat, sementara penderitaan terdalam dirasakan oleh rakyat kecil. Pengerukan pasir laut ini, membuat ancaman serius terhadap sektor perikanan, wisata dan wilayah territorial. Parahnya, kerusakan lingkungan itu tidak diiringi upaya pemberdayaan lingkungan hidup baik oleh pemerintah atau pihak swasta yang mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dan Riau pada khususnya. Justru sebaliknya malah menambah kerusakan lingkungan dengan membuang limbah industri dilahan masyarakat seperti sungai, laut atau daratan dan tindakan lain yang sifatnya merusak lingkungan.

Solusi dan Kesimpulan

Pencanangan program pemerintah yang dikoordinasikan oleh kantor Menneg LH, antara lain 7 kegiatan utama yakni bumi lestari, sumber daya alam lestari, program kali bersih, program langit biru, adipura, laut dan pantai lestari serta manajemen lingkungan memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat luas dan instansi terkait serta masyarakat internasional dalam pelaksanaannya. Dalam kaitannya dengan "compliance and enforcement", pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil/ PPNS Bidang Lingkungan, BAPEDAL juga menunjukkan kesungguhan dan komitmen pemerintah yang kuat.

Peringatan hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema ? Green Cities ? pada 5 mei 2005 perlu diapresiasi dengan sikap aktif pro-aktif. Seyogyanya pemerintah pusat hingga pemerintah daerah melakukan aksi nyata dan tidak hanya ?panas dan meluap ? luap? pada konsep dan acara seremonial belaka. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru dalam memperingati hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema ??Gerakan Kota Bersih dan Hijau?? perlu dicontoh oleh kabupaten/ kota lain. Penghijauan kota dan lahan gundul serta penjagaan terhadap lingkungan laut menjadi prioritas mekanisme pembangunan bersih. Hal ini diyakini bahwa hutan merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Sedangkan laut diyakini menyimpan banyak potensi flora dan fauna yang menarik untuk dijadikan aset daerah dengan pendekatan ekowisata. Tentu pengelolaan yang rapi, sistemik dan berwawasan lingkungan menjadi ruh utama pembangunan.

Program pengentasan kemiskinan dan masalah kesehatan serta lingkungan hidup harus dilakukan segera dengan asumsi pemikiran bahwa salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup adalah kemiskinan yang akut di negara-negara berkembang. Tanpa penanganan yang komprehensif terhadap isu kemiskinan, maka upaya masyarakat internasional melaksanakan agenda pembangunan berkelanjutan akan sia-sia. Dalam kaitan ini, negara-negara berkembang prinsipnya sepakat bahwa kemiskinan adalah salah satu penyebab dari berbagai penyebab penting lainnya seperti pola konsumsi dan produksi yang tidak sustainable serta tidak tersedianya sumber keuangan dan teknologi yang memadai.

Pola pembangunan sebagai visi utama Gubernur Riau dengan formulasi K2i (Pembangunan pada sektor pemberantasan kebodohan, kemiskinan dan pembangunan infrastruktur) patut untuk diapresiasi. Namun konsep K2i itu perlu diterjemahkan dengan strategi pembangunan yang applicable. Sikap tegas dari Gubernur untuk melawan kebodohan dan kemiskinan jangan sampai hanya tinggal dipodium dan lembar pidato. Yang dibutuhkan saat ini adalah aksi rill dari pemerintah dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem bumi, dimana lingkungan hidup adalah mitra dari pembangunan daerah.

Kebijakan pemerintah untuk melakukan pembangunan daerah tidak hanya memperhatikan unsur ekonomi dan politik saja dengan mengesampingkan kepentingan lingkungan. Kita memang tidak bisa melakukan pemisahan antara elemen ? elemen tersebut. Gagasan Emil Salim (2002) dengan paradigma ekonomi dalam lingkungan cukup menarik untuk kita diskusikan. Menurutnya Pembangunan dengan orientasi ekonomi nasional tetap perlu digalakkan namun pemberdayaan lingkungan menjadi include didalamnya sebagai partner utama pembangunan berkelanjutan.

Kelembagaan lingkungan hidup yang sudah berdiri seperti Bapedalda dan lembaga non-pemerintah seperti WALHI, serta masyarakat luas perlu melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pada sektor korporasi yang mengelola langsung sumber daya alam lokal, seperti CALTEX, RAPP, serta perusahaan ? perusahaan besar lainnya harus memperhatikan kesepakatan ISO-14000 yang mengamanahkan untuk meningkatkan pola produksi berwawasan lingkungan, membangun pabrik atau perusahaan hijau (green company) dengan sasaran keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan yang maksimal dan pola produksi dengan limbah nol (zero waste).

Meminjam AA? Gym, bahwa untuk melakukan apa yang dicita ? citakan tidak akan berhasil tanpa didukung oleh kesadaran manusianya. Maka dari itu - dalam kerangka memelihara lingkungan-mulailah dari yang kecil, seperti membuang puntung rokok pada tempatnya, Mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang. Mari kita cintai diri kita dan makhluk lain dibumi dengan senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan hidup.

Analisis kerusakan lingkungan
 Mengingat pentingnya lingkungan hidup untuk kelangsungan hidup manusia, maka untuk meninjau Masalah-masalah Lingkungan Hidup Serta Upaya-upaya mengatasinya akan dipaparkan dalam karya tulis ini. Meskipun kemajuan teknologi kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukan kemajuan teknologi dapat dan telah membawa dampak buruk bagi lingkungan hidup kita. Teknologi juga biasa diidentikan dengan pencemaran, tidak ada penemuan yang betul-betul sempurna tanpa membawa dampak negatife kepada manusia maupun lingkungan. Dengan adanya dampak negatife tersebut, haruslah kita waspada.

Pembangunan pada dasarnya adalah gangguan terhadap keseimbangan lingkungan, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah Keseimbangan lingkungan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang baik kepada keseimbangan baru yang diangga lebih baik. Dalam usaha ini harus dijaga agar lingkungan tetap mampu untuk mendukung Tingkat hidup pada kualitas yang lebih baik tersebut ,yaitu dengan tetap menjaga mutu pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Masalah-masalah lingkungan hidup
Pada era global sekarang ini terdapat banyak sekali masalah-masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks.kota Tarakan dengan luas wilayah sekitar 25.080 hektare dan dengan kawasan hutan lindung yang semula mempunyai luas sekitar 2.400 hektare namun yang sekarang ini tersisa hanya 20% dari jumlah semula (*Dinas lingkungan hidup,2003 ),juga menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup yang walaupun tidak sekompleks masalah lingkungan hidup di kota besar namun cukup mengkhawatirkan dengan keadaan kota yang di kelilingi oleh laut. masalah tersebut antara lain :

1. Penambangan liar
Masalah penambangan liar dikota Tarakan kurang dapat di kontrol oleh instansi pemerintah daerah setempat. Masalah penambangan liar yang marak dikota kita ini bahkan sudah dijadikan mata pencaharian penduduk setempat. Dinas lingkungan hidip kota Tarakan mengklasifikasikan bahan galian menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Bahan galian golongan A
Yaitu bahan galian yang dipergunakan untuk kebutuhan pital dan pertahanan keamanan, Contohnya: penggalian bahan-bahan nuklir.
2. Bahan galian golongan B
Yaitu bahan galian yang dipergunakan untuk kebutuhan orang banyak (hal layak ), Contohnya:Unsur-unsur logam sejenis besi,emas,perak,nikel,dan lain sebagainya.
3. Bahan galian golongan C
Yaitu bahan galian jenis batu-batuan dan selain batu-batuan lain, Contohnya: pasir dan kerikil

2.Kondisi akibat stimulasi (kenaikan erosi)
Masalah ini cendrung di akibatkan karna penebangan hutan secara liar dan pemangkasan (pengerokan) gunung yang kemudian dijadikan lahan pemukiman dan pembangunan gedung bertingkat, dan mengakibatkan punahnya fungsi gunung dan pepohonan disekitarnya sebagai penahan erosi.

3. Pencemaran
Pencemaran merupakan masalah lingkungan yang paling umum dan sudah merupakan masalah yang mendunia terutama di Negara-negara maju. Berikut macam pencemaran yang sering kita jumpai adalah Pencemaran sepanjang aliran sungai, Pencemaran udara

Dampak-dampak kerusakan lingkungan hidup
Dampak yang dirasakan atas kerusakan lingkungan hidup disekitar kita sangatlah besar baik dampak secara langsung maupun secara tidak langsung. Diantaranya dampak penambangan tanah liar didaerah AIR PORT yang hingga saat ini masih dirasakan oleh penduduk sekitar yaitu banjir dikala musim hujan dan debu dimusim panas, pengerokan gunung didaerah persemaian yng kemudian dijadikan kawasan perumahan telah membawa dampak bangunan ditepi gunung tenggelam bersama pasir akibat pengikisan dan banjir pada saat hujan.
Naiknya kadar CO2 ditmosfer membawa dampak naiknya suhu atmosfer , naiknya permukaan air laut dan akan mengubah iklim global. Terjadinya hujan asam kematian hutan yang luas di amerika utara dan eropa akibt pencemrn SO2 &NOx.
Pertumbuhan penduduk mengakibatkan bertambahnya limbah domestik ,dan selanjutnya menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang mendorong terjadinya pertumbuhan massal mikrofia(misalnya: enceng gondok dan kayumbang).dampak kondisi akibat stimulasi memberi dampak membahayakan Tebing dn bangunn ditepinya.penurunan salinitas, kenaikan frekuensi, akibat banjir, kenaikn erosi lapisan, penurunan penggelontaran zat pencemar dan penurunan DO membawa dampak membahayakan pembangunn di dartn banjir.erosi gen diperkirakan membawa dampak punahnya jenis hewan dan tumbuhan.

Upaya-upaya pencegahn dan pennggulangan dampak keruskan lingkungan hidup
  1. Memberlakukan status hutan lindung kota untuk melindungi hutan lindung kota yang masih belum mengalami kerusakan sehingga tidak terjamah oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab.
  2. melalui upaya program-program dan pemberian tanda jasa bagi siapa saja yang berhasi menjaga lingkungan.program-program tersebut misalnya:program kali bersih yang dilakukan memisahkan samph kering dan sampah basah,instalasi pembuangan limbah yaitu dengan mengecek kandungn limbah yang ada,pembuatan sattiteng agar kotoran tidak mencemari air,pengeluaran SK untuk penanaman pohon kehidupan.
  3. Melalui ajakan misalnya melalui artikel dikoran, majalah, tabloid,dan pemantauan dilapangan
  4. Penerbitan surat izin membangun. AMDAL,RKL, RPL
  5. Memberikan tempat khusus bagi warga yang bermata pencaharian sebagi penambang(daerah khusus untuk menambang).
Namun dalam menjalankan upaya-upaya diatas terdapat banyak sekali kendala, misalnya:
1. Masalah pengawasan terhadap penambang liar yang kurang dapat dikontrol.
2. Kurangnya dana dalam penjalanan oprasi
3. Kurang maksimalnya kerjasama dengan instansi lain misalnya dinas tata kota
4. Kurangnya lahan untuk dijadikan tempat program penanaman pohon kehidupan
5. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memelihara lingkungan hidupnya.
Diharapkan bisa memberikan informasi kepada para pembaca tentang masalah-masalah lingkungan hidup baik didunia,maupun dinegara Indonesia khususnya lagi kota tercinta kita Tarakan.Mudah-mudahan kedepanya kita bisa meningkatkan upaya pemulihan lingkungan dan meminimalisasikan eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan hidup.

PENGARUH KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM BENCANA ALAM DI INDONESIA



PENGARUH KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM BENCANA ALAM DI INDONESIA

A.Latar Belakang Masalah 

Pembangunan yang sedang di lakukan di banyak Negara telah menghasilkan berbagai kemajuan di berbagai bidang, baik bidang teknologi. Produksi, manajemen dan informasi yang kesemuanya itu telah meningkatrkan kualitas hidup manusia. Para perencana pembangunan terutama para ekonom negara, dapat menujukan data-data kuantitatif kemajuan tersebut, seperti tingkat mortalitas bayi yang terus menurun, harapan hidup yang semakin tinggi meningkatnya jumlah produksi dan pendapatan per kepala di beberapa negara yang telah meningkat dengan cepat. Namun prestasi yang begitu tinggi tersebut telah di iringi tekanan-tekanan yang amat dahsyat pada kemampuan daya dukung lingkungan hidup. Pertumbuhan industri di banyak negara telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik di darat, air, maupun di udara yang mengakibatkan timbulnya berbagai macam petaka lingkungan, seperti hujan asam, suhu bumi yang semakin panas akibat efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global, berbagai macam penyakit seperti sesak napas, kanker, paru-paru, penyakit kulit. Problem lingkungan hidup merupakan masalah khas yang senantiasa akan muncul dalam sistem, kehidupan modern yang bercorak kapitalistik/ sistem kapitalistik memandang lingkungan atau alam ini sebagai sarana produksi yang mesti harus di manfaatkan semaksimal mungkin. Jumlah penduduk dunia akan cenderung bertambah melebihi pertumbuhan produksi (Barang dan Jasa). Oleh karena itu pengurangan ledakan. penduduk merupakan suatu keharusan yang dapat tercapai melalui bencana kerusakan lingkungan hidup, kelaparan, perang atau pembatasan kelahiran. Sejalan dengan itu untuk memperbanyak jumlah barang dan jasa, maka di lakukan ekspolitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya alam tanpa memperhitungkan resiko yang timbul.  Pembangunan yang di lakukan di berbagai negara telah menimbulkan masalah ketidak adilan, baik untuk tingkat nasional maupun internasional. Meningkatnya jumlah produksi pangan tidak secara otomatis mampu, mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan. Di negara berkembang, banyak di jumpai masyarakat yang tidak mempunyai sumber daya yang di perlukan untuk mencukupi  kebutuhan minimal. Tiadanya distribusi yang adil telah mengakibatkan jutaan orang terus-menerus berada dalam keterbelakangan  dan kemiskinan. Jika diamati maka sumber pencemar utama adalah transportasi, kebakaran hutan, limbah rumah tangga, limbah tambang, dan limbang industri. Selama 1985 – 2000 jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi meningkat dari 1.2 juta menjadi 19 juta. Pada tahun 1985 – 1997 seluas 20 juta hektar hutan terbakar dan dibakar, dan pada tahun 1997-1998 luas hutan yang terbakar dan dibakar sebesar 10 juta hektar. Dalam hal limbah rumah tangga, hanya 3-5% yang punya akses saluran limbah rumah tangga, sehingga menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 35 juta ton CO2. Pertambangan menyumbang limbah seperti tailing dan merkuri dalam jumlah yang besar, sedangkan industri lainnya menyumbangkan limbah cair (black liquor) karena system daur ulang limbah yang tidak ada, tidak lengkap, atau tidak baik dan juga menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 275 juta ton per tahun Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia yaitu : menurunnya fungsi paru, peningkatan penyakit pernapasan, dampak karsinogen dan beberapa penyakit lainya. Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi, gangguan penglihatan, dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak lingkungan, yang kemudian timbul adanya Global Warning. Terjadinya Global Warning diakibatkan oleh adanya kebijakan pemerintah yang tidak tepat. Pengelolaan hutan yang salah dan menyebabkan hutan tropis hancur serta tidak memberikan manfaat yang signifikan baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk di sekitarnya. Yang mengeruk keuntungan adalah pengusaha yang secara semena-mena telah menghancurkan hutan yang menjadi tempat menyimpan air dan penghasil oksigen bagi mahluk hidup dan tempat hidup flora dan fauna. Pengelolaan yang salah menyebabkan bencana banjir dan dampak lingkungan lain, rakyat yang sudah miskin tetap miskin dan bahkan menjadi lebih miskin karena hutannya sudah hancur. Bertambahanya suhu global yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa perubahan iklim mungkin sudah terjadi sekarang. Selain itu penyebab utamanya adalah adanya konsumsi yang berlebihan. Bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20% penduduk kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia. Program konversi minyak tanah menjadi gas juga dapat diambil sebagai contoh bahwa ketidaksiapan pemerintah secara infrastruktur dan juga sosialisasi, menyebabkan banyak orang desa menggunakan lagi kayu bakar dengan merambah hutan, karena untuk memasak mereka sulit memperoleh minyak tanah dan gas, serta harga gas terus membumbung tinggi. Situasi seperti ini bahkan menjadi lebih buruk lagi dikarenakan banyak dan luasnya areal hutan alam menurun, begitu juga dengan manfaatnya bagi masyarakat. Banyak tanaman liar yang juga komersial, telah dieksploitasi secara berlebihan. Cadangan hutan dan area yang dilindungi oleh pemerintah, dikelola oleh pihak yang dalam pengelolaannya tidak melibatkan komunitas setempat, sehingga mengakibatkan konflik sosial yang seharusnya tidak perlu terjadi. Banyak spesies tumbuh-tumbuhan yang manfaat potensialnya belum diketahui, tetapi spesies tersebut telah berkurang pada tingkat yang membahayakan dan punah lebih cepat dibandingkan laju pengumpulan tumbuhan tersebut untuk dapat diteliti, dikenal dan diregenasikan kembali. 

 B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam suatu penulisan sangat penting, sebab dengan adanya rumusan masalah suatu penulisan yang dilakukan dapat terfokuskan pada permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan dalam penulisan ini sebagai berikut :  Apakah Dampak Dari Kerusakan Lingkungan Hidup Yang Dilakukan Oleh Manusia Dapat Mempengaruhi Bencana Alam Yang Terjadi Di Indonesia ?

C.Pembahasan 

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.  Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1.Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik  2.
Unsur Sosial Budaya Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat

3.Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, dimana proses pelaksanaan pembangunan disatu pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi, akan tetapi tersedianya sumber daya alam terbatas, atas dasar tersebut dimana pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat tersebut, baik generasi sekarang maupun generasi mendatang adalah pembangunan berwawasan lingkungan.Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka sejak awal perencanaan usaha atau kegiatan sudah diperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan yang baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, yang ditimbulkan sebagai akibat diselenggarakannya usaha atau kegiatan pembangunan. Atas dasar tersebutlah bahwa perlu pengaturan lebih lanjut mengenai usaha atau kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup. Maksud dari analisa mengenai dampak lingkungan kedalam proses perencanaan suatu usaha atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan optimal dari berbagai alternative, karena analisis mengenai dampak lingkungan merupakan salah satu alat untuk mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan oleh suatu rencana atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negative dan mengembangkan dampak positif. Mengenai dampak lingkungan hidup dapat disebabkan oleh rencana kegiatan disegala sektor antara lain :
 a.Bidang Pertambangan dan Energi yaitu pertambangan umum, tranmisi, PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU, ekspoitasi, kilangan/pengolahan dan tarnmisi minyak/gas bumi, 
b.Bidang Pekerjaan Umum yaitu :pembangunan Waduk, Irigasi dan kanalilasi, jalan raya/tol, pengolahan sampah, peremajaan kota dan gedung bertingkat/apartemen, 
c.Bidang Tranmigarasi dan Pemukiman Perambahan Hutan
d.Bidang perindustrian seperti : Industri semen, kertas pupuk kimia/petrokimia, peleburan baja, timah hitam, galangan kapal, pesawat terbang dan industri kayu lapis.
 e.Bidang kehutanan yaitu : Pembangunan taman safari, kebun binatang, hak pengusaha hutan, hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI) dan Pengusaha parawisata alam,  Persoalan lingkungan merupakan persoalan yang akan semakin kompleks dan di masa-masa mendatang akan mencapai tingkat yang makin serius,  karena itu untuk langkah ke depan di butuhkan kesadaran semua pihak yang bertanggung jawab dengan persoalan lingkungan untuk mengatisipasi dan melakukan langkah-langkah kongkrit dalam rangka penyelamatan lingkungan dari kerusakan yang semakin ,mengkhwatirkan dan cenderung tidak terkendali terutamna yang terjadi di negara-negara berkembang  Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 1.Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
 a.Letusan gunung berapi
b.Gempa bumi
c.Angin topan 
2.Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a.Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b.Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c.Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a.Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b.Perburuan liar.
c.Merusak hutan bakau. d.Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e.Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f.Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g.Pemanfaatan sumber dayaalam
 secara berlebihan di luar batas. Terkait dengan masalah di atas Apakah Dampak Dari Kerusakan Lingkungan Hidup Yang Dilakukan Oleh Manusia Dapat Mempengaruhi Bencana Alam Yang Terjadi Di Indonesia. Maka menurut penulis kerusakan lingkungan hidup yang di lakukan oleh manusia khususnya orang-orang Indonesia dapat mengakibatkan suatu bencana alam hal ini di karenakan,  Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi. Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, Soemarwoto (1991: 50 -51) mengkategorikan sifat lingkungan hidup alas dasar: (1). Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut, (2). hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut, (3). kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan (4). faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat mempengaruhi dan mempengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya maka manusia akan terpengaruh. Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kenderaan atau cerobong industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya. Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan mempersepsikannya. Soemarwoto (1991: 53) secara sederhana menerjemahkan bahwa mutu lingkungan hidup diukur dari kerasannya manusia yang tinggal di lingkungan tersebut, yang diakibatkan oleh terjaminnya perolehan rejeki, iklim dan faktor alamiah lainnya yang sesuai. Batasan ini terasa sempit, bila dikaitkan dengan pengaruh elemen lingkungan yang sifatnya tidak dikenali dan dirasakan, misalnya dampak radiasi baik yang disebabkan oleh sinar ultarviolet atau limbah nuklir, yang bersifat merugikan bagi kelangsungan hidup mahluk hidup. 

D.Kesimpulan 

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan sebagai berikut :kerusakan lingkungan hidup yang di lakukan oleh manusia khususnya orang-orang Indonesia dapat mengakibatkan suatu bencana alam hal ini di karenakan,  Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi. Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor.



DAFTAR PUSTAKA
Kusumaatmadja, Sarwono., Persepsi, Kesadaran, dan Pentaalan Terhadap lingkungan hidup, dalam Sudjana, Eggi dan Burhan, Latif(ed.).Upaya Penyamaan Persepsi, Kesadaran dan Pentaatan Terhadap Pemecahan Masalah Lingkungan hidup. CIDES, Jakarta, 1996
Soemarwoto, Olto., Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan. Penerbit Djambatan, Jakarta, 1991.