Rabu, 17 Oktober 2012

Sabtu, 13 Oktober 2012


Perbedaan Strategi dan Ideologi dalam menghadapi Belanda dan konflik antara kelompok politik di Indonesia

a.     Masa pemerintahan kabinet Syahrir

Program kerja kabinet Syahrir juga memprioritaskan penanganan konflik dengan Belanda. Kabinet Syahrir berkuasa selama 3 kali, yaitu masa kabinet Syahrir 1, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Syahrir III. Belanda pada 7 desember 1942 yang terkait dengan perundingan antara Indonesia – Belanda , Ratu Belanda berpidato dan mengumumkan hal-hal berikut :
1.       Indonesia menjadi Negara federasi dan bergabung dalam Negara persemakmuran di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
2.       Masalah dalam negri Indonesia akan di urus secara mandiri oleh Indonesia.
3.       Sebelum sistem persemakmuran ini di bentuk, akan di bentuk dahulu sebuah pemerintahan peralihan yang menjabat selama 10 tahun.
4.       Indonesia akan di masukan ke dalam keanggotaan PBB.
Pernyataan Indonesia dari Ratu Belanda itu merupakan jawaban dari Maklumat Politik Pemerintah pada 1 November  1945. Maklumat Politik itu berisi pernyataan bahwa pemerintah Indonesia menuntut pengakuan atas keseluruhan Negara dan pemerintahan Republik Indonesia Serikat dan juga dari pihak Belanda yang telah di buat Sebelum pecahnya Perang Dunia II. Selain itu maklumat itu juga menuntut pengembalian seluruh hak milik asing atau hak yang telah di kuasai oleh pemerintah Indonesia. Ada pihak yang tidak setuju dengan kebijakan Syahrir, sehingga Syahrir pun mengundurkan diri. Namun, Presiden Soekarno menunjuk Sutan Syahrir untuk kembali menduduki perdana menteri dan memimpin cabinet Syahrir II.
Pada masa cabinet Syahrir II yang di bentuk pada 2 oktober 1946, strategi diplomasi di wujudkan melalui pelaksanaan perundingan linggarjati pada 10 November 1946. Hasil perundingan itu di pandang tidak optimal dan di tolak oleh tokoh-tokoh dan kelompok politik lainnya. Kelompok-kelompok yang menolak keputusan perundingan linggarjati sebagai hasil strategi diplomasi, kabinet Syahrir tergabung dalam Benteng Republik Indonesia . Di sisi lain, terdapat pula kelompok yang mendukung keputusan perundingan Linggarjati , antara lain Pesindo, BTI, PKI, Laskar Rakyat, Partai Buruh, Parkindo, dan Partai Katolik. Dari kedua kelompok itu terdapat sebuah perbedaan pola strategi dalam menangani konflik dengan Belanda Perbedaan strategi itu berlanjut pada munculnya konflik-konflik antar kelompok politik pada era awal kemerdekaan.

b.     Masa Pemerintahan kabinet Amir Syarifudin

Kabinet Amir Syarifudin merupakan penerus dari cabinet Syahrir . Strategi diplomasi yang paling menonjol pada masa cabinet Amir Syarifudin adalah dilaksanakannya perundingan Renvile pada 17 Januari 1948.
Konflik antar kelompok politik di dalam cabinet Amir Syarifudin juga terjadi seperti masa cabinet Syahrir . Konflik ini tidak berupa konflik fisik, tetapi berupa perbedaan strategi dalam menghadapi Belanda . Misalnya, pada saat pergantian cabinet. Amir Syarifudin bermaksud memperkuat posisi kabinetnya terhadap Belanda , sehingga ia menyepakati hasil perundingan Renvile. Dalam rapat Dewan partai pada 18 Januari 1948 . PNI memutuskan untuk menolak hasil dari perundingan Renvile karena hasil persetujuan tersebut tidak memberikan posisi jaminan yang tegas terhadap posisi Republik Indonesia. Perbedaan strategi antar kelompok politik di dalam cabinet Amir Syarifudin ini berakhir dengan penyerahan mandat kembali kepada Presiden Soekarno pada 23 Januari 1948. 


c.        Masa Pemerintahan Kabinet Hatta

Wakil Presiden Moh. Hatta di tunjuk oleh presiden Soekarno untuk membentuk cabinet baru, menggantikan cabinet Amir Syarifudin . Bentuk cabinet yang di susun oleh Hatta adalah cabinet koalisi yang menyerahkan seluruh kelompok politik yang ada di Indonesia pada waktu itu. Kabinet ini di dukung sepenuhnya oleh partai Masyumi, PNI, Partai Katolik dan Parkindo. Soepono yang menjabat sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda. Kelompok tersebut adalah PKI, yang pada akhirnya melakukan pemberontakan di Madiun pada bulan September 1948. Strategi yang mencolok dari cabinet Hatta dalam menghadapi Belanda adalah pelaksanaan persetujuan Renvile dan mempercepat proses terbentuknya Negara Indonesia Serikat (NIS). Perwujudannya adalah dengan mengutus Mr. Moh. Roem sebagai ketua delegrasi RI untuk melaksanakan perundingan-perundingan diplomasi dengan pihak Belanda yang di wakili oleh Van Mook.
Konferensi  Roem-Royen pada 7 mei 1949 merupakan hasil dari strategi diplomasi Moh. Roem di dunia Internasional. Strategi diplomasi tersebut berujung pada pelaksanaan Konferensi Meja Bundar yang menjadi momentum penyerahan kedaulatan wilayah Indonesia dari Belanda ke Indonesia. Strategi diplomasi cabinet Hatta mencapai puncaknya pada 4 agustus 1949 dengan diangkatnya delegasi Republik Indonesia untuk berangkat ke Den Haag dalam rangka menggelar Konferensi  Meja Bundar (KMB). Konferensi ini berlangsung pada 28 agustus 1949 hingga 2 November  1949 . Strategi diplomasi yang di terapkan oleh cabinet Hatta telah berhasil menempatkan Indonesia dalam kondisi perdamaian tanpa ada gangguan pihak Belanda. Meskipun tidak semua kelompok politik setuju pada hasil KMB, Strategi cabinet Hatta telah berhasil menempatkan Indonesia sebagai Negara yang berdaulat di dalam konstelasi dunia Internasional. 

Jumat, 12 Oktober 2012

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni: “ Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199 ” Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional” Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang. Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Wujud kebudayaan daerah di Indonesia Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Tarian Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah. Untuk keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer. Lagu Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi alias noname. Lagu kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat kedaerahan saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa daerahnya masing-masing seperti Manuk Dadali dari Jawa Barat dan Rasa Sayange dari Maluku.Selain lagu daerah, Indonesia juga memiliki beberapa lagu nasional atau lagu patriotik yang dijadikan sebagai lagu penyemangat bagi para pejuang pada masa perang kemerdekaan. Perbedaan antara lagu kebangsaan dengan lagu patriotik adalah bahwa lagu kebangsaan ditetapkan secara resmi menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu kebangsaan biasanya merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara atau daerah yang menjadi ciri khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman. Musik Identitas musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki budaya dan seninya sendiri.[2] Indonesia memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut. Pakaian * Jawa: Batik * Sumatera Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong,gara gara/Beka buluh * Sumatera Barat/Minang: Anak Daro, Marapule. * Riau/Melayu: Baju Kurung Melayu, Kebaya Laboh, Cekak Musang, Teluk Belanga * Sumatera Selatan: Songket * Lampung: Tapis * Nusa Tenggara Timur: Tenun Ikat * Bugis/Makassar: Baju Bodo, Jas Tutup, Baju La'bu * Papua Timur: Manawou * Papua Barat: Ewer Sastra/tulisan Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut. Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura. Makanan Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia namum untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar. Bentuk lanskap penyajiannya umumnya disajikan di sebagian besar makanan Indonesia berupa makanan pokok dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi piring. Film Era awal perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu. Film pertama yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Perfilman Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari. Selain film-film komersil, juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun. Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
Biaya Peluang (Opportunity Cost) Walaupun biaya peluang (opportunity cost) kadang-kadang sulit untuk dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal. Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama. Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah. Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam - tapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar di antara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi. Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya. Akibat terbatasnya sumber daya yang dimiliki, dalam mengambil suatu tindakan alternatif seseorang akan mengorbankan apapun untuk memperoleh atau memproduksi jasa tertentu. Pengorbanan inilah dalam ilmu ekonomi disebut sebagai biaya peluang ( opportunity cost). Biaya peluang dapat ditemukan dalam setiap kondisi dimana harus diambil keputusan akibat adanya kelangkaan untuk memperoleh kepuasan atau hasil maksimal. Perhatikan contoh berikut!. Seorang lulusan SMK mendaftarkan diri ke Universitas Indonesia dan diterima setelah melalui beberapa tes, disaat bersamaan dia diterima bekerja di perusahaan tekstil dengan gaji Rp 1.500.000,00 per bulan. Apabila ia memutuskan untuk kuliah dan bukan bekerja, maka biaya peluangnya adalah Rp 1.500.000,00 per bulan. Dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya peluang (opportunity cost) adalah biaya kesempatan yang hilang akibat keterbatasan sumber daya.Oleh karena manusia ingin memperoleh kepuasan atau hasil maksimal maka sumber daya ekonomi yang dimiliki harus diberdayakan secara optimal. Biaya peluang tidak hanya terjadi pada individu, tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat terjadi pada rumah tangga produsen maupun rumah tangga pemerintah. Di dalam rumah tangga produsen yang menghasilkan lebih dari satu komoditas sering dihadapkan pada kemungkinan kombinasi sumber daya untuk menghasilkan output yang maksimal. Sebuah kurva yang menggambarkan berbagai kemungkinan kombinasi maksimum out put (barang dan jasa) yang dapat dihasilkan pada suatu waktu ketika sumber daya dan teknologi digunakan sepenuhnya disebut dengan Kurva Kemungkinan Produksi (Production Posibility Curve). Bentuk kurva berikut menggambarkan keterkaitan biaya peluang dengan kemungkinan produksi. Biaya peluang dengan kemungkinan produks Penjelasan: Kurva P menunjukkan batas kemungkinan produksi. Ketika batas kemungkinan produksi berada di titik E, maka produksi obat dapat ditingkatkan dari 7.000 menjadi 12.000 botol dengan menurunkan produksi beras. Pergerakan alternatif produksi di titik E (30.000 ton beras dan 7.000 botol obat) ke titik F (8.000 ton beras dan 12.000 botol obat) menggunakan biaya oportunitas (untuk menambah produksi 5.000 botol obat) sebesar 22.000 ton beras. Titik yang terletak di kurva PPC (titik D, E, dan F) merupakan kemungkinan kombinasi produksi yang dianggap efisien, sedangkan bila terletak di dalam kurva (titik A, B dan C) dianggap tidak efisien karena tidak menggunakan sumber daya sepenuhnya. Apabila di luar kurva (titik E’) maka tidak mungkin tercapai dan hanya akan tercapai seiring dengan bertambahnya sumber daya atau meningkatnya teknologi.

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar



Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah
2.Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) . ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
3.Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya daar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1.Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2.Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3.Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4.menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.
Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1.Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
2.Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1.Manusia dan cinta kasih
2.Manusia dan Keindahan
3.Manusia dan Penderitaan
4.Manusia dan Keadilan
5.Manusia dan Pandangan hidup
6.Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
7.Manusia dan kegelisahan
8.Manusia dan harapan